TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN II
ANALISIS KEPUTUSAN KEBIJAKAN
PEMBAYARAN DEVIDEN PADA PT. SUPREME
CABLE MANUFACTURING & COMMERCE TBK DAN ENTITAS ANAK BERDASARKAN DATA LAPORAN KEUANGAN
TAHUN 2014-2015
![]() |
OLEH :
FIFIYANTI
(A21114004)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ‘Analisis Keputusan Kebijakan
Pembayaran Deviden PT
SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE Tbk DAN ENTITAS ANAK Berdasarkan
Data Laporan Keuangan Tahun 2014-2015”
Penulisan makalah
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen Keuangan
II, tahun 2016. Makalah ini berisikan tentang informasi atau yang
lebih khususnya membahas Tentang analisis laporan keuangan PT SUPREME CABLE
MANUFACTURING & COMMERCE Tbk DAN ENTITAS ANAK.
Diharapkan makalah
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua,saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar, April, 2016
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................................ 4
2.
Rumusan
Masalah.................................................................................................. 5
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pengertian Kebijakan Deviden............................................................................... 7
2. Teori Kebijakan Deviden........................................................................................
3.
Analisis Keputusan Kebijakan Deviden................................................................. 9
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan............................................................................................................. 16
2.
Saran...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dividen berasal dari bahasa
Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi.
Dividen adalah proporsi laba atau
keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang
sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434).
Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha
dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham
dalam suatu rapat pemegang saham.
Adapun kebijakan deviden Kebijakan dividen merupakan suatu
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan di bagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Adapun
Profil perusahaan PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (PT SUCACO
Tbk),
PT Supreme Cable
Manufacturing & Commerce Tbk (PT SUCACO Tbk), selanjutnya disebut entitas induk,
didirikan berdasarkan Akta No. 9 tanggal 9 November 1970 dari Notaris Eliza
Pondaag, S.H. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan No. J.A.5/104/8 tanggal 20 Juli 1971 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 10 September
1971, Tambahan No. 419. Anggaran Dasar entitas induk telah mengalami beberapa
kali perubahan, antara lain dengan Akta No. 138 tanggal 28 April 1997 dari
Notaris Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., mengenai peningkatan modal dasar
entitas induk, semula sebesar Rp 225 miliar menjadi Rp 500 miliar, dan
perubahan nama, semula PT Supreme Cable Manufacturing Corporation (SUCACO)
menjadi PT Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk (SUCACO).
Perubahan Anggaran
Dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui
Surat Keputusan No. C2-5994-HT.01.04.TH’97 tanggal 2 Juli 1997, dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 4305 tanggal 23 September
1997; Akta No.32 tanggal 25 September 2006 yang dibuat di hadapan Notaris
Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., mengenai perubahan nama entitas induk dari
semula bernama PT Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk (SUCACO) menjadi
PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (PT SUCACO Tbk). Perubahan
nama tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan No.
W7-01285 HT. 01.04-TH 2006 tanggal 4 Oktober 2006; Akta No. 30 tanggal 8
Agustus 2008 yang dibuat di hadapan Notaris Poerbaningsih Adi Warsito, S.H.,
mengenai penyesuaian Anggaran Dasar entitas induk dengan Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perubahan mana telah disetujui oleh
Menteri Hukum dan HAM dengan No. AHU-87481.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 18
November 2008; dan terakhir diubah dengan Akta No. 138 tanggal 24 Juni 2014
yang dibuat di hadapan Notaris Ir. Nanette Cahyanie Handari Adi Warsito, S.H.,
mengenai perubahan masa jabatan Direksi dan Dewan Komisaris, perubahan mana
telah diterima oleh Menteri Hukum dan HAM berdasarkan Penerimaan Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-03511.40.21.2014 tertanggal 26 Juni 2014; dan
terakhir diubah dengan Akta No. 2 tanggal 1 September 2015 yang dibuat di
hadapan Notaris Ir. Nanette Cahyanie Handari Adi Warsito, S.H., mengenai
penyesuaian Anggaran Dasar entitas induk dengan peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No. 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan RUPS
Perusahaan Terbuka dan No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris
Emiten atau Perusahaan Publik, perubahan mana telah diterima oleh Menteri Hukum
dan HAM berdasarkan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-AH.01.03-0962201
tertanggal 4 September 2015. Entitas induk berkedudukan di Jakarta, dengan
lokasi pabrik berada di beberapa tempat, yaitu di Jl. Daan Mogot, Km.16,
Jakarta Barat, Jl. Raya Pejuang Km 2, Bekasi, Jl. Raya Cikarang Cibarusah Km 7,5
No. 20A, Cikarang, Jl. Kalisabi No. 61, Tangerang dan Jl. Raya Serang Km 25,
Desa Telagasari Balaraja Tangerang. Entitas induk memulai produksi komersialnya
pada tanggal 2 Oktober 1972. Sesuai dengan pasal 2 anggaran dasar entitas
induk, ruang lingkup kegiatan entitas induk adalah memproduksi bermacam-macam
kabel, produk-produk yang berhubungan berikut bahan bakunya, dan segala macam
produk melamin, serta menjual produk-produk tersebut di dalam negeri (lokal) dan luar negeri (ekspor).
B.Rumusan
Masalah
1.Mengetahui
Tentang Kebijakan Deviden?
2
Bagaimana Analisis Keputusan Kebijakan Pembayaran Deviden?
3.
Penggunaan Teori Kebijakan Deviden?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Kebijakan
Deviden
Dividen berasal dari bahasa
Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi.
Dividen adalah proporsi laba atau
keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang
sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434).
Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha
dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham
dalam suatu rapat pemegang saham.
Adapun kebijakan deviden Kebijakan dividen merupakan suatu
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan di bagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Apabila perusahaan
memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan
mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana intern yang
akan mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan
perusahaan. Apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan
bisa memperbesar sumber dana intern dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk mengembangkan perusahaan . 102 Persentase dividen yang dibagi dari EAT
disebut Dividend Payout Ratio (DPR). Dividen yang dibagi DPR = EAT Prosentasi
laba ditahan dari EAT adalah 1 – DPR
B.theori
kebijakan deviden
Beberapa
teori kebijakan dividen yang di kemukakan oleh Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.
(2002) antara lain:
1. Teori
dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller
Asumsi-asumsi
pendapat ini lemah:
a. Pasar
modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyataannya sulit
ditemui pasar modal yang sempurna.
b. Tidak
ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation
cost) itu masih ada.
c. Tidak
ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
d. Kebijakan
investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi perusahaan
pasti berubah.
Beberapa
ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan
dengan menunjukkan bahwa adanya: biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan
saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan
harus menerbitkan saham baru. Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil
kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan
oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen (Dr.Dermawan Sjahrial,
M.M.,2002: 312-313).
2. Teori the
bird in the hand
Gordon
dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri (Ks) perusahaan
akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena
investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain.
Karena dividend yield lebih pasti.
Menurut
Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan,
karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima
pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir
sama.
3. Teori
perbedaan pajak
Teori
ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak terhadap
dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena
dapat menunda pembayaran pajak.
4. Teori signaling
hypothesis
Menyatakan
bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikanharga saham.
Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen
biasanya merupakan suatu signal (tanda) kepada para investor,
bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna dividen atau kenaikan dividen yang
dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.
Dividend
signaling theory pertama
kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979).Dividend
signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman
perubahan cashdividend mempunyai kandungan informasi yang
mengakibatkan munculnya reaksi harga saham.Teori ini menjelaskan bahwa
informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap
investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang.Adanya anggapan
ini disebabkan terjadinya asymetric information antara manajer
dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai
sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan
dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang
baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika
terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti
perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan
reaksi harga saham yang negatif (Suluh Pramastuti,2007:8).
5. Teori clientele effect
Kelompok
(Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang
berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatudividend payout
ratio (DPR) yang tinggi.
Jika
ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak.
Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan
demikian, maka kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak lebih tinggi
menyukai capital gain.
C.. Analisis
Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan
Dalam Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan tanggal 10 Juni 2015 dan 3
Juni 2014, para pemegang saham menyetujui pembagian dividen tunai yang diambil
dari laba bersih tahun 2014 dan 2013 masing-masing sebesar Rp 200 dan Rp 150
per saham. Saldo hutang dividen merupakan akumulasi hutang dividen dari
tahun-tahun sebelumnya.
|
Nilai Perusahaan
|
Tahun 2014
|
Tahun
2015
|
|
( V = D+E )
|
1 .656.007.190.010
|
1.669.167.835.697
|
Setelah adanya
pembayaran dividend yang dilakukan oleh, yang diambil dari proporsi laba tahun
2014 sebesar (29.062.043.244) dan tahun 2015 sebesar (35.752.386.231).
Teori
Kebijakan Deviden pada PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk
(PT SUCACO Tbk),
Untuk dapat
mengetahui teori kebijakan deviden yang diterapkan oleh , PT Supreme Cable
Manufacturing & Commerce Tbk (PT SUCACO Tbk),perlu terlebih dahulu diketahui proporsi Devidend Payout Ratio
yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya, yang ditampilkan
sebagai berikut :
|
Devidend Payout Ratio (DPR)
|
2014
|
2015
|
|
|
dasf
0,32
|
0,36
|
Berdasarkan
perhitungsn dividend payout ratio PT.
Dividen yang dibagikan perusahaan pada tahun 2014-2015 menigkat dengan
melihat seberapa besar proporsi laba yang di terima oleh perusahaan. Apa bila
laba meningkat pembagia dividen juga meningkat dan apabila laba menurun
pembagian dividen jugan menurun.
Pada data diatas dapat dikatakan
bahwa pembagian dividen payout ratio perusahaan mengalami peningkatan pada
tahun 2015. Hal ini di karenakan pemegang saham lebih menyukai pembagian
dividen dari pada menunggu capital gain yang memiliki resiko yang sangat
tinggi.
Oleh karena itu
pembayaran dividen di lakukan setiap menerima laba dengan melihat seberapa
besar proporsi laba yang di terima oleh perusahaan. Dapat dikatakan bahwa
perusahaan menganut teori singnaling hypotesis, karena adanya
peningkatan pembagian ini memberikan tanda kepada para investor bahwa
perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan dimasa mendatang.hal ini di
karenakan adanya pembayaran dividen yang tinggi sedangkan laba yang di terima
perusahaan tidak mengalami peningkatan yang lebih besar dengan pembagian
dividen perusahaan.
BAB
III
Penutup
A.Ksimpulan
Dari analisis Laporan Keuangan diatas terhadap perusahaan. Pt
Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk Dan Entitas Anak bahwa Perusahaan tersebut membagikan devinya kepada pemegang saham,Serta menganut teori singnaling
hypotesis
B.Saran
Sebaiknya perusahaan melakukan
stock plit karan laba saham per lembar
mencapai 1000. Dan Trekait dengan
analisis diatas apabila ada keraguan
atau kesalah terhadap data di atas mohon memberi dimaafkan saya hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa dan
saya ucapkan terimah kasih.



0 komentar: