Siapa yang tidak kenal Los Angeles?
Buat kamu penggemar film, Los Angeles adalah rumah bagi industri perfilman
Hollywood. Ya, di sinilah tempat Hollywood yang terkenal itu berada. Sedangkan
buatkamu penggemar basket, pasti tahu klub basket ternama LA Lakers, dan tentu
saja LA Galaxy untuk kalian para penggemar sepak bola. Kota yang akrab disebut
LA ini merupakan kota metropolitan terpadat di negara bagian California,
Amerika Serikat dan jadi kota terpadat di Amerika setelah New York.
Jika kamu ingin melanjutkan studi ke
luar negeri , Los Angeles bisa menjadi salah satu pilihan tujuan kuliah.
Kira-kira, bagaimana ya, kehidupan kuliah di sana? Yuk, kita simak kisah dari
Alia dan Erdy, dua mahasiswi asal Indonesia yang sekarang sedang menempuh studi
S1 di Los Angeles.
Erdy adalah mahasiswa jurusan bisnis
di University Of Southern California, Los Angeles. Ini adalah tahun terakhirnya
berkuliah di sana. Sedangkan Alia kuliah di Santa Monica College, California
juga mengambil jurusan bisnis. Keduanya juga merupakan pengurus Persatuan
Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS) Los Angeles. Keduanya melanjutkan
studi di Los Angeles dengan biaya sendiri.
1. Karakter Penduduk Los Angeles
Alia dan Erdy keduanya tinggal di
apartemen yang sifatnya umum, artinya banyak warga setempat juga tinggal di
sana. Menurut Alia, karakter orang Los Angeles persis dengan apa yang biasa ia
lihat di film-film Hollywood. Orang-orang di sana sangat terbuka dan blak-blak
an hampir dalam segala hal. Menurutnya, akan banyak ditemukan orang-orang yang
berkarakter unik dan tidak bisa ditemukan di manapun di Indonesia. Mungkin di masa
awal kita menginjakkan kaki di sana sebagai orang Indonesia, perlu beradaptasi
dengan karakter mereka. Erdy memerlukan waktu tiga bulan untuk beradaptasi
dengan kehidupan di sana. Alia lebih lama lagi, ia baru merasakan kenyamanan
setelah satu semester dan baru dapat hidup normal setelah satu tahun berkuliah.
Orang-orang di sana lebih ramah
dibandingkan dengan Jakarta. Namun, kata Alia jika dibandingkan dengan
kota-kota kecil di Amerika, penduduk Los Angeles memang lebih cuek dan jutek.
Mungkin karena notabene Los Angeles adalah salah satu kota metropolitan
terbesar di Amerika Serikat.
2. Biaya hidup dan tips hidup hemat
di Los Angeles
Sebagai mahasiswa yang belum
memiliki penghasilan sendiri tentunya penting bagi kita untuk mengetahui
kisaran biaya hidup di negara yang hendak kita tuju. Biaya hidup di Los
Angeles, menurut Erdy sangat jauh lebih mahal jika dibandingkan di Indonesia.
Memang itu semua tergantung dengan gaya hidup yang kita anut. Perhitungan Erdy
untuk biaya hidup mahasiswa adalah sekitar 750-1000 USD sebulan, kalau di
rupiahkan sekitar Rp 75.000.000 – Rp 10.000.000 per bulan. Itu sudah termasuk
biaya sewa tempat tinggal (apartemen), makan dan segala kebutuhan sebagai
mahasiswa. Selain itu, kammu harus berbagi tempat tinggal dengan orang lain,
dan kalau ingin tinggal sendiri biayanya akan jauh lebih mahal.
Supaya lebih hemat Erdy menyarankan
untuk jangan sering-sering pergi makan di café atau restoran di luar. Harga
makanan di sana sangat mahal, bahkan untuk restoran cepat saji seperti “Mc
Donald’s” sekalipun, harganya jauh lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Kalau
ingin hemat sebaiknya memilih makan di rumah saja. Membeli buah dan sayur,
memasak makanan sendiri. Selain lebih, hemat tentunya juga akan membuat tubuh
lebih sehat.
3. Tentang Orang-orang Indonesia di
Los Angeles
Orang-orang Indonesia di Los Angeles
kebanyakan suka berkelompok. Mereka sering berkumpul, jadi ikatan diantara
mereka sangatlah kuat. Mereka biasanya tinggal di tempat yang sama atau masih
dalam satu daerah yang sama. Di dekat kampus tempat Erdy belajar, ada sebuah
apartemen yang diisi semuanya oleh orang-orang Indonesia. Memang daerah tempat
University Of Southern California merupakan salah satu daerah dengan komunitas
orang Indonesia yang cukup besar di Los Angeles sendiri.
Menurut penuturan Alia, jumlah orang
Indonesia di Los Angeles sangatlah banyak. Jumlahnya bisa mencapai ratusan
bahkan ribuan. Jumlah ini dibagi antara mahasiswa dan pendatang atau imigran
dari Indonesia yang tinggal di sana.
Mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia
di Los Angeles tergabung dalam PERMIAS Los Angeles. Total ada sekitar 7
organisasi mahasiswa Indonesia yang tersebar di masing-masing sekolah. PERMIAS
juga sering mengadakan acara rutin tahunan. Acara-acara tersebut berupa
pemutaran film-film Indonesia, LA Basket Cup yaitu kompetisi basket yang
diadakan oleh organisasi mahasiswa Indonesia, kompetisi futsal dan lain-lain.
Dalam waktu dekat ini mereka juga akan mengadakan pemutaran film “Soekarno”
karya sutradara Hanung Bramantyo. Rencananya juga mereka akan mendatangkan Ario
Bayu sebagai aktor film tersebut, dan tentu saja Hanung Bramantyo sebagai
sutradara. Mereka akan mengadakan diskusi dan tanya jawab soal film, tentang
Soekarno dan sebagainya.
4. Kesan dan hal-hal yang kamu
pelajari dari kuliah di Los Angeles
Untuk sistem pendidikan dan metode
belajar, kurang lebih hampir sama dengan di Indonesia. Ada pelajaran dasar
seperti matematika, kimia dan lain-lain. Hanya pendidikan di sini lebih banyak
menerapkan praktek kepada mahasiswanya. Sering guru memberikan tugas kelompok
untuk pelajaran yang sifatnya lebih mendetail seperti kelas bisnis, teknik dan
komunikasi. Aktivitas berguna seperti volunteer, riset dan penelitian di luar
sekolah juga memiliki penilaian tersendiri.
Guru di sekolah di Amerika tidak
hanya mengajar saat jam sekolah berlangsung, mereka kadang meluangkan waktu
untuk tetap tinggal di kantornya di sekolah. Berbeda dengan Indonesia yang
ketika guru selesai mengajar langsung meninggalkan ruang kelas. Guru-guru di
Amerika siap menerima murid-murid yang memilki pertanyaan atau kesulitan
belajar bahkan saat di luar jam sekolah sekalipun.
Erdy menceritakan bahwa dirinya
menemukan banyak sudut pandang baru ketika berkuliah di Los Angeles. Sesuai
dengan bidang yang ia pelajari yaitu bisnis, menurutnya Indonesia memilki
potensi besar di segala bidang. Potensi berbisnis di Indonesia masih bisa
berkembang lebih baik. Tidak perlu takut kalian tidak sukses ketika ingin
berbisnis bahkan dengan jenis bisnis yang sudah ada sekalipun. Karena menurut
Erdy di Amerika banyak bisnis dengan jenis dan model yang sama dan banyak juga
yang bisa sukses. Jadi, Indonesia masih terbuka lebar untuk potensi bisnis itu
sendiri.
Alia sendiri menganggap kuliah di
luar negeri banyak mengubah cara berfikirnya menjadi lebih mandiri, dewasa dan
bertangggung jawab. Ia banyak belajar cara menyesuaikan diri dalam berinteraksi
dengan orang-orang dan kehidupan di Los Angeles. Dari segi pendidikan,
menurutnya kebiasaan sistem pendidikan di Indonesia masih ia bawa hingga kini.
Jadi, ia merasakan tidak memiliki kedekatan dengan guru di luar jam
perkuliahan.
Pesan-pesan untuk kamu yang ingin
berkuliah di luar negeri
Menurut Alia, jika kamu ingin
bersekolah di luar negeri, modal penting yang pertama adalah kerja keras. Yang
kedua, kamu harus terus menggali peluang dan kesempatan untuk dapat beasiswa
atau student exchange program (pertukaran pelajar). Itu yang akan membawamu
bisa bersekolah di luar negeri.
Sedangkan pesan dari Erdy, bagi kamu
yang ingin kuliah di luar negeri, apapun yang kamu mimpikan tetaplah simpan di
pikiranmu. Sebenarnya, apapun yang kamu inginkan bisa terjadi jika
memiliki niat yang kuat serta giat belajar, maka tidak ada hal yang mustahil.
Lalu tetapkan tujuanmu ke luar negeri. Jika alasanmu ke luar negeri bukan
mencari ilmu dengan bersekolah, tapi hanya ingin merasakan enaknya tinggal di
luar negeri, lebih baik urungkan niatmu, karena itu hanya akan membuang-buang
uang orang tua.
Demikian sekelumit cerita yang bisa
dibagi Erdy dan Alia sebagai mahasiswa Indonesia di Los Angeles. Untuk kamu
yang tertarik belajar di sana, benar apa yang dikatakan Erdy dan Alia, bahwa
kamu harus terus kerja keras menggapai apa yang kamu inginkan! Jangan bosan
mencari peluang, dan ingat niat utamamu ke luar negeri adalah untuk belajar.
Terus semangat!


0 komentar: